Terima kasih karena sudah memposting tulisan menyentuh ini. Salah satu dari sangat sedikit hal yang bisa membuat mata saya basah adalah tulisan (entah lewat puisi, cerpen, novel, atau surat). Dan tulisan Pak Mula Harahap yang diposting di milis kita ini termasuk dalam kelompok itu. Mata saya berair. Berair tersebab oleh isi tulisan ini, juga oleh kenangan yang hadir di hadapan mata saya.
Sama seperti Pak Mula (beliau kini salah seorang pengurus Ikatan Penerbit Indonesia/Ikapi, bukan?), juga mungkin banyak di antara anggota milis ini, saya dibesarkan oleh Si Kuncung. Saya kenal nama ini ketika saya duduk di kelas II atau III SD (tahun-tahun 1973-an), di kota kelahiran saya, Jambi. Majalah ini hanya dijual di satu tempat: yaitu di Kantor Pos besar di kota saya, yang kebetulan berjarak hanya sekitar setengah kilometer dari rumah saya. Menunggu terbitnya edisi baru adalah sebuah pekerjaan yang mendebarkan, hanya berselisih seurat dibandingkan menanti datangnya kekasih di masa-masa puber pertama (bukan berarti saya kini berada pada masa puber kedua, kendati usia saya memang sudah masuk ke periode itu).
Filed under: Uncategorized